hiper6MEMPERINGATI HARI HIPERTENSI SEDUNIA (17 Mei 2015)

(11 Juta Rumah Tangga pengidap Hipertensi di Indonesia)

Hari ini diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia.Hari yang special tentunya bagi para pengidap Hipertensi.Sebagai Hari Perenungan atau justru sebagai hari kebangkitan untuk tetap mengendalikan dan bahkan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh si ‘mahluk’ bernama Hipertensi ini.‘Mahluk’ hipertensi yang saat ini tumbuh subur akibat pola hidup masyarakat yang cenderung tidak sehat.

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita Hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa. Namun hampir sekitar 90-95 % kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan ‘Silent Killer” dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lain.

Hipertensi merupakan salah satu factor penting sebagai pemicu Penyakit Tidak Menular (Non Communicable Disease=NCD) seperti Penyakit Jantung, Stroke dll yang saat ini menjadi ‘momok’ penyebab kematian nomer wahid di dunia.

Sumber WHO(2008) di atas menunjukkan Tren penyebab kematian berbagai penyakit hingga tahun 2030. Terlihat bahwa penyebab kematian akibat Cerebrovascular Disease dan Ischaemic Heart Disease meningkat tajam (grafik merah dan biru), dimana kita tahu bahwa salah satu ‘soulmate factor’ nya adalah Hipertensi. Gambaran lain juga memperlihatkan bahwa Proyeksi penyebab kematian pada NCD di dunia makin meningkat di tahun 2030 nantinya, peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2004, seperti yang digambarkan diagram di bawah:

LANTAS BAGAIMANA KEADAAN CAUSE OF DEATH (COD) DI INDONESIA ?? SEIRINGKAH ?SEJALANKAH?SEIRAMAKAH?

Hasil penelitian sporadis di 15 Kabupaten/ Kota di Indonesia, yang dilakukan oleh Felly PS, dkk (2011-2012) dari Badan Litbangkes Kemkes, memberikan fenomena 17,7 % kematian disebabkan oleh Stroke dan 10,0 % kematian disebabkan oleh Ischaemic Heart Disease. Dua penyakit penyebab kematian teratas ini, “soulmate factor” nya adalah Hipertensi

Fenomena menarik adalah tempat kematian yang penyebabnya 2 penyakit diatas.Kematian yang disebabkan Stroke dan IHD lebih banyak di rumah dibandingkan di RS. Sejumlah 19,3 % (n= 24.745) kematian akibat Stroke terjadi Di Rumah dan 12 % (n=24.745) kematian akibat IHD juga terjadi di Rumah.

Mencermati fenomena yang ada di atas, dimana Trend penyakit dan penyebab kematian adalah Stroke dan IHD, dan lokasi kejadiannya banyak di Rumah serta secara theoretical framework Hipertensi merupakan Pemicu yang paling dekat, maka tidaklah berlebihan jika hipertensi dijuluki sebagai “The Silent Killer of Death”.

LANTAS BAGAIMANA SITUASI HIPERTENSI DI INDONESIA ?? ADAKAH DALAM RUMAH TANGGA PENDERITA HIPERTENSI LEBIH DARI 1 ORANG?

Hasil analisis data Riskesdas th 2007/2008 dengan unit analisis Rumah Tangga, menunjukkan gambaran bahwa HANYA 82,5 % Rumah Tangga yang BEBAS Hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114 Rumah Tangga dengan 4 ART, maka terdapat 52.000.689 RT yang BEBAS Hipertensi dan masih terdapat 11.030.425 RT yang dibayang-bayangi penyakit Hipertensi anggota keluarganya. Bahkan diantaranya terdapat 2 orang ART yang mengidap penyakit Hipertensi dalam RT nya.Bisa dibayangkan bila ke 2 orang ART dalam Rumah Tangga itu secara bersamaan terserang Jantung atau Stroke akibat Hipertensi, betapa bingungnya ART yang lainnya.

Apabila dibandingkan dengan kondisi hasil Riskesdas 2013 (unit analisisnya Individu) maka terlihat suatu kondisi yang cukup ‘menggembirakan’ yaitu terjadinya penurunan prevalensi Hipertensi dari 31,7 % menjadi 25,8 % secara Nasional. Penurunan yang cukup tajam terlihat di Provinsi Riau. Namun terdapat Provinsi yang dalam keadaan “Stagnant” cenderung tidak berubah, yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Jawa Barat. Secara rinci bisa dilihat pada diagram di bawah.

Namun yang perlu mendapat pencermatan dan perhatian lebih dalam adalah adanya KETIDAK SADARAN MASYARAKAT jika dirinya ternyata berkondisi Hipertensi. Hal ini bisa dilihat dari proporsi hipertensi menurut Diagnose Nakes atau minum obat dibandingkan dengan proporsi hipertensi setelah dilakukan pengukuran secara langsung dengan tensimeter. Gambarannya seperti di bawah:

Sebagai contoh adalah Provinsi Bangka Belitung, dimana menurut wawancara 10 % menyatakan PERNAH DIDIAGNOSE OLEH NAKES atau SEDANG MINUM OBAT (D/O), akan tetapi hasil PENGUKURAN LANGSUNG TEKANAN DARAH (Ukur) dengan Tensimeter menunjukkan 30,9 % masyarakatnya Hipertensi. Terdapat 20,9% masyarakat Provinsi Bangka Belitung yg Kurang menyadari bahwa dirinya sewaktu-waktu bisa terjadi Stroke atau Gagal Jantung akibat Hipertensinya. Demikian pula dengan Provinsi Jawa Tengah, terdapat sekitar (26,4 – 9,5 = 16,9 %) masyarakatnya yang Kurang sadar / tidak tahu bahwa dirinya dalam kondisi Hipertensi. Seperti juga di Provinsi Gorontalo, terdapat sekitar (29 – 11,3 = 17,7%) masyarakatnya yang tidaj tahu dirinya Hipertensi dst.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka jika di awal kita merasa senang dengan adanya penurunan proporsi Hipertensi dari tahun 2007 ke 2013, namun disisi lain merasa sedih dan khawatir dengan masih sangat banyaknya masyarakat yang KURANG MENYADARI jika dirinya mengidap Hipertensi, yang setiap saat bisa mengancam jiwanya karena terjadi Stroke atau Jantung.

LANTAS BAGAIMANA SITUASI PENYAKIT LAIN AKIBAT HIPERTENSI (SEPERTI JANTUNG) DI INDONESIA ?? ADAKAH DALAM RUMAH TANGGA PENDERITA JANTUNG LEBIH DARI 1 ORANG?? PENDERITA STROKE ?

Hasil analisis data Riskesdas th 2007/2008 dengan unit analisis Rumah Tangga, menunjukkan gambaran bahwa HANYA 78,4 % Rumah Tangga yang BEBAS Penyakit Jantung. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114 Rumah Tangga dengan 4 ART, maka terdapat 49.416.393 RT yang BEBAS penyakit Jantung dan masih terdapat 13.614.721 RT yang dibayang-bayangi penyakit Jantung anggota keluarganya. Bahkan diantaranya terdapat 2 orang ART yang mengidap penyakit Jantung dalam RT nya, bahkan ada yang 3 ART dalam sebuah Rumah Tangga. Bisa dibayangkan bila ke 3 orang ART dalam Rumah Tangga itu secara bersamaan terserang Jantung akibat Hipertensi, betapa bingungnya ART yang lainnya.

Seperti di Provinsi Aceh, terdapat 2 % RT yang mempunyai 3 orang ART nya mengidap penyakit Jantung dan 8,4 % RT mempunyai 2 orang ART yang terkena penyakit Jantung.Demikian halnya di Provinsi Kepulauan Riau, terdapat 1,9% RT yang mempunyai 3 ART atau lebih terkena penyakit Jantung dan 4,2 % RT mempunyai 2 orang ART yang berpenyakit Jantung.Sedangkan di Provinsi Gorontalo terdapat 1,6 % RT yang mempunyai 3 ART nya berpenyakit Jantung dan 9,4 % RT yang mempunyai 2 orang ART yang berpenyakit Jantung.

Di tahun 2013, hasil Riskesdas dengan unit Analisis Individu memberikan gambaran bahwa Proporsi tertinggi penderita Jantung di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Terendah di Provinsi Riau.Seperti pada diagram di bawah.

Selanjutnya bagaimana dengan Penderita Stroke ?? hasil analisis sederhana kecenderungan Prevalensi Stroke jika dibandingkan antara tahun 2007 dengan tahun 2013 terjadi peningkatan yang cukup drastis di sebagian besar Provinsi di Indonesia. Secara Nasional terjadi peningkatan dari 8,3 Permil di tahun 2007 menjadi 12,1 Permil di tahun 2013. Seperti yang terlihat pada diagram di bawah:

Dari diagram di atas terdapat 5 Provinsi yang mengalami penurunan prevalensi Penyakit Stroke dari tahun 2007 ke tahun 2013, yaitu: Provinsi Papua Barat, Kepulauan Riau, NTB, Aceh, dan Gorontalo. Sedangkan kenaikan prevalensi tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, DI Jogjakarta dan Jawa Timur.

BAGAIMANA SITUASI FAKTOR RISIKO TERJADINYA HIPERTENSI DAN KAITANNYA DENGAN DAMPAK PENYAKITNYA SEPERTI STROKE ??

 

Faktor Resiko yang kemungkinan terkait dengan kejadian Hipertensi misalnya Pola Makan yang terlalu sering BERLEMAK. Gambaran Pola Makan Berlemak seperti pada diagram di bawah:

Dari diagram di atas terlihat bahwa pola makan berlemak banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan DI Jogjakarta, dimana lebih dari separo masyarakat provinsi tersebut sering mengkonsumsi makanan berlemak.

Selanjutnya digambarkan apakah factor risiko sering makan berlemak berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi ?? analisis Regresi Sederhana terhadap data Agregat Provinsi ini dilakukan, diperoleh bahwa wilayah dengan masyarakat yang berpola makan lemak akan meningkatkan kejadian Hipertensi di wilayah tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis Regresi Linier yang signifikan (p=0.004).Pola makan berlemak ini memberikan Kontribusi terhadap terjadinya Hipertensi sebesar 21,5 % (Adj. R = 0,215).

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .489a .239 .215 2.17664
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.982 1.026 5.831 .000
Lemak_13 .095 .031              .489 3.122 .004

 

LANTAS BAGAIMANA PENATALAKSANAAN HIPERTENSI INI ??

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ – ½ sendok teh (6 gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress.  Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.

Adapun Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah:

  • Makanan yang berkadar  lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
  • Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).
  • Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
  • Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
  • Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
  • Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco  serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
  • Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besar di Indonesia.

Akhirnya dengan mencermati situasi di atas termasuk faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan.