2wMemperingati Hari Diabetes Melitus Nasional: 18 April 2015

“12 JUTA JIWA LEBIH Penduduk Indonesia mengidapnya”

Besok, 18 April 2015 diperingati Hari Diabetes Nasional.Sebuah hari peringatan dimana saat ini penderitanya semakin meningkat.Untuk memperingatinya, kami mencoba menganalisis berbagai sumber data yang terkait dengan DM, utamanya dari Riskesdas dan fasilitas.

Gambaran Penderita DM di Indonesia dianalisis dari sumber data Riskesdas (2007 / 2013), Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Pusdatin Kementerian Kesehatan.

Pada Pemeriksaan kadar glukosa darah secara LABORATORIS pada Riskesdas, menunjukkan gambaran penderita diabetes melitus yang belum terdiagnosis adalah sebagai berikut.

Distribusi Penderita Diabetes Melitus Terdiagnosis dan Belum Terdiagnosis

 

Sumber: Riskesdas 2007,2013, Kementerian Kesehatan

Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan

Gambaran di atas menunjukkan bahwa secara NASIONAL terjadi peningkatan kasus DM dari tahun 2007 ke tahun 2013, yaitu dari 5,7 % menjadi 6,9%. Apabila dilakukan konversi dalam jumlah absolutnya di tahun 2013 maka terdapat 12. 191.564 jiwa penduduk Indonesia. Dari sejumlah penduduk yang menderita DM (hasil pemeriksaan Lab.), 30,4 % nya Terdiagnosis oleh Dokter / Tenaga Kesehatan, sedangkan sisanya 69,6 % tidak terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dalam konversi absolutnya adalah: 8.845. 329 Jiwa.

JADI ADA 8 (DELAPAN) JUTA LEBIH TAK TERDIAGNOSIS DM oleh DOKTER / NAKES……!!!Alias TERSEMBUNYI …..!! Sebuah jumlah yang Fantastis…!!

 

 

Kondisi Proporsi Perkiraan Jumlah
Diabetes 6,9%   dari 176.689.336 penduduk usia 15 tahun ke atas 12.191.564
Terdiagnosis 30,4%   dari 12.191.564 penderita diabetes 3.706.236
Tidak terdiagnosis 69,6%   dari12.191.564 penderita diabetes 8.485.329
Tidak diabetes 93,1%   dari 176.689.336 penduduk usia 15 tahun ke atas 164.497.772

Sumber: Riskesdas 2013 danDit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, diolah oleh Pusat Data dan   Informasi Kementerian Kesehatan.

 

Diabetes Melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melakukan wawancara untuk mendapatkan proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas, yang pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter dan yang belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun. Proporsi penduduk yang mengalami gejaladiabetes melitus namun belum terdiagnosis diabetes oleh Dokter menunjukkan besarnya jumlah penduduk Indonesia yang belum dipastikan/diperiksa secara laboratoris apakah memang menderita diabetes atau tidak.

 

Proporsi dan Perkiraan Jumlah Penduduk Usia ≥15 Tahun yang Terdiagnosis dan Merasakan Gejala Diabetes Melitus di Indonesia Tahun 2013

 

Provinsi % D/G % D % G

(D/G-D)

Jumlah Penduduk Usia ≥15 Tahun Perkiraan Jumlah D Perkiraan

Jumlah G

1 Aceh 2,6 1,8 0,8 3.177.085 57.188 25.417
2 Sumatera Utara 2,3 1,8 0,5 8.939.623 160.913 44.698
3 Sumatera Barat 1,8 1,3 0,5 3.427.772 44.561 17.139
4 Riau 1,2 1,0 0,2 4.107.117 41.071 8.214
5 Jambi 1,2 1,1 0,1 2.312.659 25.439 2.313
6 Sumatera Selatan 1,3 0,9 0,4 5.479.724 49.318 21.919
7 Bengkulu 1,0 0,9 0,1 1.249.238 11.243 1.249
8 Lampung 0,8 0,7 0,1 5.560.440 38.923 5.560
9 Bangka Belitung 2,5 2,1 0,4 944.839 19.842 3.779
10 Kepulauan Riau 1,5 1,3 0,2 1.368.920 17.796 2.738
11 DKI Jakarta 3,0 2,5 0,5 7.609.272 190.232 38.046
12 Jawa Barat 2,0 1,3 0,7 32.162.328 418.110 225.136
13 Jawa Tengah 1,9 1,6 0,3 24.089.433 385.431 72.268
14 DI Yogyakarta 3,0 2,6 0,4 2.777.211 72.207 11.109
15 Jawa Timur 2,5 2,1 0,4 28.855.895 605.974 115.424
16 Banten 1,6 1,3 0,3 8.074.025 104.962 24.222
17 Bali 1,5 1,3 0,2 3.068.044 39.885 6.136
18 Nusa Tenggara Barat 1,3 0,9 0,4 3.202.734 28.825 12.811
19 Nusa Tenggara Timur 3,3 1,2 2,1 3.116.580 37.399 65.448
Kalimantan Barat 1,0 0,8 0,2 3.072.565 24.581 6.145
21 Kalimantan Tengah 1,6 1,2 0,4 1.608.217 19.299 6.433
22 Kalimantan Selatan 2,0 1,4 0,6 2.722.366 38.113 16.334
23 Kalimantan Timur 2,7 2,3 0,4 2.753.491 63.330 11.014
24 Sulawesi Utara 3,6 2,4 1,2 1.698.831 40.772 20.386
25 Sulawesi Tengah 3,7 1,6 2,1 1.861.021 29.776 39.081
26 Sulawesi Selatan 3,4 1,6 1,8 5.738.932 91.823 103.301
27 Sulawesi Tenggara 1,9 1,1 0,8 1.539.436 16.934 12.315
28 Gorontalo 2,8 1,5 1,3 754.682 11.320 9.811
29 Sulawesi Barat 2,2 0,8 1,4 800.638 6.405 11.209
30 Maluku 2,1 1,0 1,1 1.061.677 10.617 11.678
31 Maluku Utara 2,2 1,2 1,0 718.103 8.617 7.181
32 Papua Barat 1,2 1,0 0,2 557.486 5.575 1.115
33 Papua 2,3 0,8 1,5 2.148.954 17.192 32.234
Indonesia 2,1 1,5 0,6 176.689.336 2.650.340 1.060.136

Keterangan:

D/G : pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun.

D      : pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter

G      : belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun

Sumber: Riskesdas 2013, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan

Dari table di atas terlihat bahwa ada 15 Provinsi yang angka kejadian DM nya melebihi angka kejadian secara Nasional (2,1 %). Tertinggi ada di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTT dan DKI Jakarta.

 

Faktor Risiko Diabetes

Faktor risiko diabetes melitus bisa dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa terganggu (GDP terganggu), dan merokok.

 

Proporsi/persentase penduduk Indonesia yang memiliki faktor risiko dari diabetes melitus adalah sebagai berikut.

 

Faktor Risiko % Keterangan
Kegemukan/berat badan lebih

˂ 5 tahun

5-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

>18 tahun

Laki-laki

Perempuan

 

11,8

10,8

8,3

5,7

11,5

10,0

12,9

Obesitas

˂ 5 tahun

5-12 tahun

13-15 tahun

16-18 tahun

>18 tahun

Laki-laki

Perempuan

 

NA

8,0

2,5

1,6

14,8

9,6

20,0

Obesitas sentral

Laki-laki

Perempuan

26,6

11,3

42,1

Pada populasi ≥15 tahun

Lingkar Perut L>90cm, P>80cm

 

Aktifitas fisik kurang aktif 26,1 Pada populasi ≥10 tahun
Hipertensi 25,8 Pada populasi ≥18 tahun
Dislipidemia

Kolesterol borderline dan tinggi

HDL rendah

LDL tinggi

Trigliserida tinggi

 

35,9

22,9

15,9

11,9

Pada populasi ≥15 tahun

 

Diet tidak seimbang

Mengkonsumsi makanan/minuman manis ≥ 1x/hari

Mengkonsumsi makanan/minuman asin ≥ 1x/hari

Mengkonsumsi makanan/minuman berlemak ≥ 1x/hari

 

53,1

 

26,2

 

40,7

Pada populasi ≥10 tahun
Merokok setiap hari 24,3 Pada populasi ≥10 tahun

Sumber: Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan

 

Berdasar tabel di atas tentang faktor risiko DM yang merupakan aspek POTENSIAL pendorong terjadinya DM, terlihat WANITA cenderung lebih banyak dibanding laki-laki. Misalnya Kegemukan, obesitas dan obesitas sentral proporsi tertinggi pada wanita dibanding laki-laki. Selanjutnya faktor risiko lain yang sangat menonjol adalah “mengkonsumsi mak-min manis > 1 kali / hari.”

Komplikasi Diabetes Melitus

Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering terjadi adalah:

  • Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke.
  • Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki.
  • Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina.
  • Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal.
  • Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat dibandingkan bukan penderita diabetes.

Dengan pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula darah berada dalam kategori normal, maka komplikasi akibat diabetes dapat dicegah/ditunda.

 

Persentase komplikasi diabetes melitus di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM) adalah sebagai berikut.

 

Persentase Komplikasi Diabetes Melitus di RSCM Tahun 2011

 

Keterangan: MCI: Mild Cognitive Impairment

                     PAD: Peripheral Arterial Disease

Sumber       : RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan

Komplikasi terbanyak adalah neuropati yang dialami oleh 54% penderita diabetes melitus yang dirawat di RSCM pada tahun 2011 diikuti retinopati diabetik dan proteinuria.

 

DISTRIBUSI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

Distribusi tenaga dokter spesialis penyakit dalam di RSUD jika di tinjau menurut Provinsinya dan dikaitkan dengan perkiraan Penduduk yang mengalami penyakit DM terlihat seperti pada table di bawah

No. Provinsi Jumlah RSU Dr SpPD Standart Kurang/Lebih SpPD Penduduk DM
1. Aceh 58 125 96 29 82.605
2. Sumatera Utara 145 309 243 56 205.611
3. Sumatera Barat 39 96 65 49 61.7
4. Riau 48 98 81 11 49.285
5. Jambi 27 51 39 9 27.752
6. Sumatera Selatan 42 138 69 66 71.237
7. Bengkulu 18 17 24 -7 12.492
8. Lampung 37 68 59 -7 44.483
9. Kep. Bangka Belitung 13 18 18 0 23.621
10. Kepulauan Riau 21 29 40 -11 20.534
11. DKI Jakarta 91 538 205 333 228.278
12. Jawa Barat 202 576 371 171 643.246
13. Jawa Tengah 206 574 345 213 457.699
14. DI Yogyakarta 49 143 77 66 83.316
15. Jawa Timur 237 565 385 182 721.398
16. Banten 56 176 104 51 129.184
17. Bali 45 152 77 75 46.021
18. Nusa Tenggara Barat 22 53 34 19 41.636
19. Nusa Tenggara Timur 38 47 51 -3 102.847
20. Kalimantan Barat 31 49 45 0 30.726
21. Kalimantan Tengah 18 26 28 -3 25.732
22. Kalimantan Selatan 26 67 49 17 54.447
23. Kalimantan Timur 39 88 69 15 74.344
24. Sulawesi Utara 38 67 58 10 61.158
25. Sulawesi Tengah 20 42 33 10 68.857
26. Sulawesi Selatan 57 168 118 50 195.124
27. Sulawesi Tenggara 20 16 29 -13 29.249
28. Gorontalo 11 22 18 4 21.131
29. Sulawesi Barat 9 6 11 -5 17.614
30. Maluku 26 14 33 -18 22.295
31. Maluku Utara 18 22 23 -1 15.798
32. Papua Barat 17 14 21 -7 6.69
33. Papua 34 25 45 -20 49.426
Indonesia 1,771 4399 2,983 1,339 3710476

Sumber: BUK – RSONLINE dan diolah oleh PUSDATIN, 2014.

 

            Dari table di atas dapat dilihat bahwa distribusi dokter spesialis penyakit dalam tidaklah seimbang antar Provinsi. Secara Nasional terjadi kelebihan dokter spesialis Penyakit dalam di RSUD, namun jika dicermati menurut provinsi maka terdapat 11 Provinsi yang RSUD nya kekurangan dokter spesialis penyakit dalam. Terlebih jika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang mengalami DM, Rasio antara dokter SpPD dengan penderita DM sendiri sangat tidak merata.

Pengendalian Diabetes Melitus

 

Pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik lain dapat digambarkan pada diagram berikut.

Diagram Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik Lainnya

Sumber: Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan

Program Pengendalian diabetes melitus dilaksanakan secara terintegrasi dalam program pengendalian penyakit tidak menular terintegrasi yaitu antara lain:

  • Pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di Fasilitas Layanan Primer (Pandu PTM)
  • Untuk peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti merokok, hipertensi, dislipidemia, obesitas dan lainnya) di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas, dokter keluarga, praktik swasta)
  • Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendekatan faktor risiko
  • Prediksi risiko penyakit jantung dan stroke dengan charta WHO
  • Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam memonitoring faktor risiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus.Posbindu PTM merupakan program pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular berbasis masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap faktor risiko baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya.

 

Kegiatan Posbindu PTM

Sumber: Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan

  • CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat

Program PATUH, yaitu:

  • P: Periksa Kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
  • A: Atasi Penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
  • T: Tetap diet sehat dengan gizi seimbang
  • U: Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
  • H: Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya

Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat yang disampaikan di lingkungan sekolah, yaitu:

  • C: Cek kondisi kesehatan secara berkala
  • E: Enyahkan asap rokok
  • R: Rajin aktifitas fisik
  • D: Diet sehat dengan kalori seimbang
  • I : Istirahat yang cukup
  • K: Kendalikan stress

Beban penyakit Diabetes sangatlah besar apalagi bila telah terjadi komplikasi.Upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang sangat penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang menyebabkan beban yang sangat berat baik bagi individu maupun keluarga juga pemerintah.